Followers
Sunday, May 29
pemimpin yg berani
Salah satu sifat positif yang harus dimiliki pemimpin adalah berani {syajaah). Syajaah adalah berani kerana memiliki dasar keimanan dan kebenaran yang mantap. Pemimpin berani pasti mempunyai ketegasan sikap, keputusan, dan tindakan yang dilandasi oleh suara hati nurani serta pemahaman yang mantap terhadap berbagai persoalan. Sifat ini hanya dimiliki oleh orang yang kuat iman, ilmu, dan amal.
Lawan sifat syajaah adalah ai jubnu (pengecut). Nabi Muhammad SAW adalah figur pemberani yang patut diteladani. "Nabi SAW adalah orang yang paling baik, paling dermawan, dan paling berani." (HR Bukhari). Keberanian Nabi SAW dalam mendakwahkan kebenaran Islam terbukti mampu menjadikan Islam sebagai rahmatan lil alamin sekaligus menjadikan beliau sebagai pemimpin teragung dan paling berpengaruh sepanjang masa.
Setidaknya ada lima kategori syajaah yang harus dimiliki seorang pemimpin. Pertama, syajaah menegakkan amar makruf nahi mungkar. Pemimpin harus berani menegakkan kebaikan, mencegahan kemungkaran dan kemaksiatan, termasuk rasuah.
Pemimpin yang berani perlu memiliki ketegasan dalam "menyatakan kebenaran meskipun pahit" (HR Ahmad).
Kedua, syajaah belajar dan mengembangkan ilmu. Keberanian ini sangat penting agar ada kebebasan dalam mengembangkan ilmu dan menyuarakan hasil penelitian secara objektif tanpa rasa takut. Keberanian ini membolehkan pemimpin untuk tidak mengabdi kepada kekuasaan atau kepentingan politik, tetapi dia harus tunduk kepada kebenaran dan keilmuan.
Ketiga, syaja ah mengakui kesalahan dan tidak berbohong, termasuk membohongi rakyatnya. Merasa dan mengakui kesalahan merupakan sikap berani seorang pemimpin.
Kerana orang bersalah cenderung menutupi kesalahannya. Mengakui dan menyesali kesalahan merupakan kunci diterimanya toubat. Sebaik-baik orang bersalah adalah yang mau bertoubat." (HR al-Bukhari).
Keempat, syajaah berperang. Ketika perang Hunain berkecamuk dan sebagian tentara Islam kocar-kacir, dengan lantang Nabi SAW menyatakan "Saya adalah Nabi; saya tidak dusta; saya adalah putra Abdullah bin Abdul Mutalllb." (HR Bukhari dan Muslim).
Keberanian beliau menghadapi musuh dalam perang dibuktikandengan tidak mundur atau lari dari perang. Dengan keberanian itulah, para sahabat kemudian bersatu dan kembali untuk memenangi peperangan.
Kelima, syajaah mengambil kebijakan dan menegakkan keadilan. Keberanian ini mengharuskan pemimpin tidak boleh bersikap ragu, tetapi harus tegas dan cerdas dalam mengambil kebijakan yang pro pada kemaslahatan masyarakat dan bangsa.
Pemimpin yang berani kerana didasari kebenaran iman, ilmu, dan amal soleh adalah pemimpin yang mampu mengubah masa depan bangsa menjadi lebih baik.